AOK.CO.ID, BELITUNG TIMUR – Menyikapi polemik tambang laut di Belitung Timur, berbagai kelompok masyarakat di Pulau Belitong bersepakat membentuk “Aliansi Masyarakat Peduli Belitong”, Minggu 27 April 2025.
Aliansi Masyarakat yang terdiiri dari Organinasi Lingkungan, Nelayan, Pelaku Wisata, dan Masyarakat Umum ini bereaksi terhadap rencana PT Timah untuk kembali menambang di Laut Olivier.
Koordinator Kelompok nelayan, Yudi Amsoni, menyampaikan bahwa kegiatan pembentukan aliansi tersebut adalah respon dari diperpanjangnya IUP PT Timah blok Olivier.
Dan, adanya kerjasama PT Timah dan Kejaksaan Agung terkait Proyek Strategis PT Timah di laut Belitung Timur.
Kemudian, Ketua Gapabel (Gabungan Pecinta Alam Belitong), Wahyu, dikesempatan itu mengajak seluruh masyarakat Pulau Belitong bersama-sama mengawal RZWP3K.
Agar, dalam proses revisinya tidak menjadikan Pulau Belitong sebagai zonasi Pertambangan Laut.
Sementara Pelaku Wisata Selam, Rendi Kusnando menerangkan jika Belitung Timur memiliki potensi keindahan bawah laut yang luar biasa.
Oleh karena itu, perlu kesadaran dari semua pihak untuk menjaga dan mengembangkannya.
Secara utuh dasar dibentuknya Aliansi Masyarakat Peduli Belitong, yakni:
1. IUP PT Timah Diperpanjang 1 Tahun, ini menandakan PT Timah masih berhasrat untuk menambang di Laut Olivier Belitung Timur.
2. Adanya kerjasama PT Timah dengan Kejagung terkait rencana Tambang Laut di Blok Olivier.
3. Kasus Beriga membuat DPRD Provinsi Babel melalui Pansusnya mengeluarkan rekomendasi kepada Pemprov Babel untuk Merevisi RZWP3K.
4. Revisi RZWP3K adalah kunci dari masuknya Tambang Timah di Laut Olivier Belitung Timur, dan ketika Pemprov Babel memutuskan untuk merevisi RZWP3K itu berarti seluruh Kabupaten/Kota di Babel akan ditinjau kembali ruang lautnya, dan ini dapat dimanfaatkan sebagai celah untuk merevisi zonasi Pertambangan Laut di Pulau Belitong.
5. Belum adanya sikap tegas oleh Bupati Beltim dan DPRD Beltim terkait penolakan Tambang Laut oleh PT Timah di Laut Olivier Belitung Timur.
