AOK.CO.ID, BELITUNG TIMUR – Saturasi oksigen terus mengalami penurunan dari angka 99 saat H Yusfi Ihza bin Idris Zainal berada di ruang ICU Rumah Sakit Mayapada Jakarta, sejak pertengahan September 2024. Sejak saat itu pula, sudah tidak ada lagi komunikasi secara verbal.
Pada September awal, untuk kesekian kalinya, Yuri sempat datang ke ICU, di situlah ia dan sang paman bertatapan.
“Karena memang posisi beliau sudah tidak dapat berbicara lagi, karena sudah masuk selang dan ventilator, di situlah air matanya,” kata Yuri Kemal Fadlullah, Ketika ditemui media ini seusai pemakaman di tempat Pemakaman Keluarga Ihza Jalan kartini No.56 Desa Lalang Manggar Belitung Timur, ba’da ashar, Kamis 3 Oktober 2024.
Tetapi mungkin bukan kata-kata, ujar Yuri. Ia pun melanjutkan, “Mungkin kalau kita membahasakan secara batin, di situlah terbersit pesan; ‘Aku sudah tidak lama lagi. Baik-baiklah, berjuanglah, ingat pesan-pesan saya, mudah-mudahan Yuri menjadi orang baik, mudah-mudahan memimpin kampung ini dengan baik. jagalah adik-adik, jagalah semua keluarga’.”
Karena memang, lanjut Yuri, seperti di tahun 2020 kemarin almarhum pamannya Yusfi pernah bilang, “Di antara generasi kedua ini, Yurilah yang paling terdepan.”
Diakui Yuri, dari 11 bersaudara di pihak ayah, Cik Yuspilah yang menjadi orangtua keduanya ketika sang ayah, Yusril Ihza Mahendra berada di Jakarta.
“Waktu di Pilkada 2020, yang menjadi orangtua saya adalah almarhum Cik Yuspi,” kata Yuri.
“Dialah yang memang membimbing kami, menjaga kami, mendidik kami sekaligus memberikan dukungan secara full. Hampir setiap hari, hari-hari kami itu dibarengi oleh beliau,” imbuhnya.
Yuri mengakui, tak ada satupun yang bisa ia balas dari kebaikan sosok paman Yusfi Ihza.
“Kemudian, saat ini, di tengah perjuangan Pilkada, ada rasa kehilangan yang amat sangat besar. Artinya bagian dari beliau yang selama ini menjadi satu kekuatan yang mendorong kita, jadi hilang,” kata Yuri.
Namun menurut Yuri, demikianlah hidup. Bagaimana pun kita tak bisa berekspektasi orang-orang seperti ini terus ada di sekitar kita.
“Dan kita memahami juga perjuangan beliau kemarin, selama 2 bulan 2 hari berada di rumah sakit, pada akhirnya harus mengikhlaskan kepergian beliau, insyaallah beliau orang baik, insyaallah surga untuk beliau,” doa Yuri.
Waktu di rumah sakit, yakni di awal-awal agustus, Yuri masih sempat berkelakar sambil bercanda, terus aku bilang, “Cik, aku maju lagi.”
“Udahlah amanlah, amanlah Yur haha!” kata Yuri menirukan kalimat pamannya yang diakhiri tawa.
Kata-kata aman ini, bagi Yuri, tentu saja membuahkan semangat. Kendati ia sadari bahwa di balik kata aman itu ada konsekuensi yang harus diperjuangkan serta banyak yang diperbuat.
Itulah kata-kata terakhir yang Yuri ingat sebelum akhirnya almarhum Yusfi masuk ke ruang ICU hingga meninggal dunia pada tanggal 3 Oktober 2024, dini hari.
Manusia hanya bisa berusaha, kini Tuhan berkehendak. Di awal September itu, Yuri dan keluarga almarhum merasa umur almarhum sudah tidak lama lagi, dan setelah itu keluarga juga sudah sering diskusi. “Karena di pertengahan September sampai sekarang sudah 70 hingga 80 persen live support, jadi untuk menopang hidup almarhum ini sudah full alat,” jelasnya.
Istilahnya, kata Yuri, tinggal menunggu kapan alat itu dilepas dan sampai kapan badan itu menolak untuk segala pengobatan memperbaiki tubuh. “Selain itu tidak ada diagnosa yang menggembirakan dan analisa dokter menyatakan tinggal kapan waktunya untuk melepaskan beliau,” terang Yuri.
Yusfi Ihza bin Idril Zainal dimakamkan di sebelah Nursiha binti Sandon, yang bersebelahan dengan makam Yuslim bin Idris dan makam Martini binti Mamad Sapar. Kepergian Yusfi Ihza meninggalkan istri, dua anak perempuan, serta sanak saudara yang sangat mencintai.
Ucapan bela sungkawa dan karangan bunga bahkan datang dari orang nomor satu di Indonesia, Presiden Joko Widodo, Presiden RI Terpilih priode 2024 – 2029 yang saat ini masih menjabat sebagai Menteri Pertahanan RI Prabowo Subianto, Hashim Sujono Djojohadikusumo selaku Wakil Dewan Pembina DPP Partai Gerindra, Wongso Insdrajit, DPP partai Bulan Bintang, Haksono Santoso dan sejumlah pihak lainnya.***