AOK.CO.ID, Pangkalpinang – Aksi penolakan terhadap tambang laut di Perairan Batu Beriga, Bangka Tengah, yang digelar di depan Kantor Gubernur Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Senin, 21 Juli turut diikuti oleh Aliansi Masyarakat Peduli Belitong (AMPB).
Kehadiran AMPB menjadi bentuk solidaritas lintas pulau untuk mendukung perjuangan masyarakat pesisir Bangka Tengah yang menolak eksploitasi tambang laut yang merusak ruang hidup mereka.
AMPB diwakili langsung oleh aktivis lingkungan dan tokoh nelayan Belitung Timur, Yudi Amsoni.
Dalam orasinya, Yudi menegaskan bahwa penolakan terhadap tambang laut bukan hanya isu lokal, tetapi juga menjadi perlawanan bersama masyarakat pesisir di seluruh Kepulauan Bangka Belitung.
“Kami dari Belitung Timur datang bukan hanya untuk mendukung masyarakat Batu Beriga, tapi juga untuk menyuarakan penolakan terhadap perpanjangan IUP PT Timah di Blok Oliver yang mengancam laut kami sendiri,” kata Yudi di hadapan massa aksi.
Dua Pulau, Satu Perjuangan: Tolak Tambang Laut
Dalam aksi tersebut, massa dari berbagai komunitas pesisir, mahasiswa, aktivis lingkungan, dan kelompok nelayan menyuarakan penolakan tegas terhadap rencana penambangan laut yang dinilai merusak ekosistem perairan, merampas ruang hidup nelayan, serta mengancam keberlanjutan lingkungan maritim di Bangka Belitung.
AMPB membawa pesan bahwa apa yang terjadi di Batu Beriga juga dirasakan di Belitung Timur.
PT Timah, yang saat ini tengah mengupayakan perpanjangan Izin Usaha Produksi (IUP) untuk wilayah Blok Oliver, dinilai tidak memiliki legitimasi sosial karena mendapat penolakan dari masyarakat pesisir Belitung Timur.
“Laut bukan tanah kosong. Di dalamnya ada kehidupan, budaya, dan penghidupan ribuan nelayan. Jika tambang laut terus dipaksakan, maka yang akan punah bukan hanya ikan, tapi juga masa depan anak cucu kita,” lanjut Yudi.
Seruan untuk Gubernur dan Pemerintah Pusat
AMPB mendesak Gubernur Kepulauan Bangka Belitung dan pemerintah pusat untuk tidak meneruskan pola pembangunan eksploitatif yang mengorbankan ekosistem dan rakyat kecil.
Mereka juga menyerukan agar kebijakan kelautan dan pertambangan mempertimbangkan suara masyarakat lokal dan menjaga keberlanjutan jangka panjang.
Aksi ini berlangsung damai dan mendapat pengawalan ketat dari aparat keamanan.
Para demonstran membentangkan spanduk, membawa poster bertuliskan “Tolak Tambang Laut”, “Laut untuk Nelayan Bukan untuk Tambang”, serta “Stop Perpanjangan IUP PT Timah di Blok Oliver”.
Solidaritas dari Belitung untuk Bangka: Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan
Kehadiran AMPB dalam aksi ini menegaskan bahwa perjuangan melawan tambang laut adalah perjuangan kolektif lintas wilayah.
Belitung dan Bangka boleh saja dipisahkan laut, namun penderitaan dan ancaman yang dihadapi masyarakat pesisir tetap sama, yakni hilangnya sumber penghidupan karena kerakusan eksploitasi tambang.
“Kami di Belitung tidak akan diam ketika saudara kami di Bangka diperangi tambang laut. Begitu pula sebaliknya. Ini soal keberlangsungan hidup bersama,” tegasnya.*** (rel)