Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Example floating
Example floating
Example 728x250
Opini

Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Ancaman Tersembunyi yang Merusak Kesehatan Mental Anak

×

Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Ancaman Tersembunyi yang Merusak Kesehatan Mental Anak

Sebarkan artikel ini

Oleh: Alifia Diah Ratpalupi

Alifia Diah Ratpalupi, Mahasiswa Fakultas Hukum, Universitas Bangka Belitung, NIM: 4012411004
Example 468x60

KEKERASAN Dalam Rumah Tangga (KDRT) adalah tindakan kekerasan yang terjadi di lingkungan rumah tangga, mencakup kekerasan fisik, seksual, psikologis, serta penelantaran.

Menurut Undang-Undang No. 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan KDRT, tindakan ini melibatkan segala bentuk perilaku yang menyebabkan penderitaan atau kerugian bagi individu, terutama perempuan, di dalam rumah tangga, termasuk ancaman dan pemaksaan.

Example 300x600

Data dari Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (DP3AP2KB Babel) menunjukkan peningkatan kasus KDRT sepanjang 2024.

Sampai Agustus 2024, tercatat 82 kasus kekerasan terhadap anak dengan 89 korban, serta 71 kasus kekerasan terhadap perempuan dengan 74 korban.

Sementara pada periode yang sama di tahun 2023, jumlah kasus kekerasan terhadap anak mencapai 114 dengan 126 korban, serta kekerasan terhadap perempuan mencapai 136 kasus dengan 140 korban.

Kekerasan seksual terhadap anak dan KDRT merupakan bentuk kekerasan yang sering terjadi, terutama di Bangka Belitung. Beberapa faktor penyebabnya meliputi kurangnya kemampuan anggota keluarga dalam beradaptasi, tekanan lingkungan, serta dukungan budaya yang memungkinkan tindakan kekerasan.

Pelaku KDRT sering kali merasa bahwa tindakan mereka dapat dibenarkan, baik karena ketidakmampuan keluarga mengontrol situasi, maupun karena mereka merasa berhak.

Dampak KDRT pada anak sangat memprihatinkan. Anak yang menjadi korban atau saksi kekerasan berisiko mengalami masalah kesehatan mental seperti Post Traumatic Stress Disorder (PTSD), gangguan kecemasan, dan depresi. Anak-anak ini juga mungkin kesulitan mengatur emosi, serta berisiko meniru perilaku kekerasan di masa depan.

Mengingat dampak destruktif KDRT pada kesehatan mental anak, penting bagi kita untuk menciptakan lingkungan keluarga yang sehat, aman, dan nyaman. Komunikasi yang baik, pengelolaan emosi yang bijaksana, serta rasa saling percaya antar anggota keluarga adalah kunci dalam mencegah kekerasan.

Dengan demikian, kita dapat melindungi anak dari ancaman kekerasan dan memastikan mereka tumbuh dalam lingkungan yang mendukung perkembangan mental yang sehat.***

Example 300250

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *